Tom Clancy’s Splinter Cell: Blacklist, yang dikembangkan oleh Ubisoft Toronto dan dirilis pada tahun 2013, adalah seri keenam dari franchise legendaris stealth-action. Game Indocair ini menandai kembalinya elemen stealth tradisional yang hilang dalam beberapa aspek di pendahulunya, Conviction, sambil tetap mempertahankan tempo dan fluiditas modern. Blacklist berhasil menyeimbangkan tiga gaya bermain utama, menjadikannya salah satu entri yang paling mudah diakses dan fleksibel dalam seri ini.
Kisah Baru dan Pimpinan Splinter Cell: Blacklist Fourth Echelon
Ancaman “The Blacklist”
Plot Blacklist berlatar enam bulan setelah peristiwa Conviction. Sam Fisher, kini menjadi komandan Fourth Echelon, sebuah unit operasi klandestin yang hanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Amerika Serikat. Misi pertama mereka adalah menghentikan The Engineers, sebuah kelompok teroris global yang melancarkan serangan berantai yang disebut “The Blacklist” terhadap kepentingan A.S. di seluruh dunia, menuntut penarikan pasukan A.S. dari luar negeri.
Markas Paladin
Operasi Fourth Echelon dijalankan dari pesawat kargo yang dapat di-upgrade, Paladin, yang berfungsi sebagai hub antarmisi. Di hub ini, Sam dapat berinteraksi dengan timnya—termasuk wajah lama seperti Anna “Grim” Grímsdóttir dan anggota baru seperti Isaac Briggs—menyesuaikan gear, membeli upgrade pesawat, dan memilih misi utama atau misi sampingan co-op. Unsur urgensi dalam cerita terasa kuat karena adanya hitungan mundur (countdown) yang mengiringi setiap serangan teroris yang direncanakan.
Baca juga : Rayman Legends: Keajaiban Platformer 2D yang Penuh Warna by Indocair
Tiga Pilar Gameplay Splinter Cell: Blacklist dan Fleksibilitas
Blacklist memperkenalkan sistem penilaian yang unik berdasarkan tiga gaya bermain (atau Echelon) yang berbeda, memberikan hadiah dan poin yang berbeda untuk setiap pendekatan:
1. Ghost (Stealth Non-Lethal)
Gaya bermain ini menghargai penyusupan tanpa terdeteksi sedikit pun dan menonaktifkan musuh secara non-letal. Ghost adalah gaya yang paling mendekati nuansa klasik Splinter Cell yang sangat bergantung pada kegelapan dan kesabaran.
2. Panther (Stealth Lethal)
Gaya ini berfokus pada pembunuhan tersembunyi (stealth kill) dan pergerakan cepat dalam bayangan. Pemain Panther akan menggunakan fitur Mark & Execute untuk menyingkirkan musuh secara diam-diam dan efisien.
3. Assault (Action Penuh)
Pendekatan ini mengizinkan pemain untuk menghadapi musuh secara terbuka dengan senjata berat. Meskipun bukan cara yang paling efisien, Blacklist memastikan mekanisme shooting dan cover-nya cukup responsif untuk mendukung gaya bermain ini.
Fleksibilitas ini, ditambah dengan serangkaian gadget canggih yang dapat disesuaikan (seperti sonar goggles dan Tri-Rotor), membuat Blacklist sangat berharga untuk dimainkan ulang (replayability).
Kembalinya Spies vs. Mercs Splinter Cell: Blacklist
Salah satu fitur yang paling dipuja dalam Blacklist adalah kembalinya mode multiplayer asimetris Spies vs. Mercs (SvM).
- Mode Klasik: Mempertahankan format 2v2 yang familiar dari Chaos Theory, di mana Spy (third-person, stealth, fokus pada peretasan) berhadapan dengan Mercenary (first-person, heavy armor, fokus pada kekuatan tembakan).
- Mode Blacklist: Versi baru 4v4 dengan opsi kustomisasi loadout dan senjata yang diperluas untuk kedua belah pihak.
SvM berhasil menyuntikkan ketegangan dan strategi kompetitif yang intens, membedakan Splinter Cell: Blacklist dari kebanyakan game action-stealth lainnya di pasar. Secara keseluruhan, Blacklist dianggap sebagai kembalinya Sam Fisher yang sukses, menyeimbangkan modernisasi gameplay Indocair dengan penghormatan mendalam pada akar stealth seri ini.

